Bank BRI

BRI atau PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatat nilai perusahaan yang terus meroket meningkat sejak penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO). Oleh karena itu, bank BRI ini mendorong para debiturnya untuk melantai di bursa.

Dalam hal ini, Listiarini Dewajanti, selaku SEVP Terasury and Global Services Bank BRI mengatakan bahwa saat pertamakali BRI melakukan IPO pada 10 Novemner 2003 yang lalu, harga saham per lembarnya hanya Rp 875. Namun, kini harga per lembar saham BRI melonjak hingga Rp 43.100 tanpa memperhitungkan stocksplit. Artinya, harga saham BRI meningkat 50 kali atau 5.000% dari saat IPO.

“Saat 10 November 2003, BRI IPO yang saat itu harga sahamnya hanya Rp 875 per lembar dengan oversubscribe 15,6 kali, yang order lebih banyak dari penawaran. Saat ini, harga saham tanpa memperhitungkan stocksplit Rp 43.100 per lembar atau naik 50 kali saat IPO atau 5.000%,’” ujar Listiarini.

Bahkan, di tahun 2017, BRI melakukan stoclsplit dengan rasio 1:5. Dimana, harga saham setelah stock split saat itu di kisaran Rp 3.000/saham. Hari ini, saham BRRI ditutup melemah 10 poin (0,23 persen) ke level Rp 4.300.

Dengan keberhasilan tersebut, maka Listiarini menganjurkan kepada para debitur untuk segera melantai di bursa. Karena hal ini dapat membeikan keuntungan berupa peningkatan nilai perusahaan.

“Selain infrastruktur permodalan, perusahaan yang telah IPO juga mendapat keuntungan, antara lain membuka akses perusahaan di pasar modal, meningkatkan value perusahaan, mendorong penerapan good corporate governance,” tambah Listiarini.

Dari 7 perusahaan anak yang dimiliki BRI, BRI Syariah telah melakukan IPO pada Mei 2018 yang lalu. Dan hasilnya, pasca IPO kinerja BRI Syariah semakin melonjak. Dalam hal ini, berdasarkan laporan keuangan 2018, BRI Syariah ini telah meraup keuntungan bersih sebesar Rp 106,6 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 101 miliar. Selain itu, aset tumbuh 20,2% menjadi Rp 37,91 triliun di akhir 1018 yang lalu, dibandingkan tahun sebelumnya 2017 yang hanya Rp 31,54 triliun.

Referensi : https://beritakubaru.com/