Dua orang wanita yang telah lanjut usia, Mbah Tuni (75) dan ibunya, Mbah Sarijem (101), hidup berdua dalam sebuah gubuk kecil milik orang lain di Kelurahan Liabuku, Kecamatan Bungi, KotaBaubau, Sulawesi Tenggara. Walaupun usianya sudah tua, Mbah Tuni tidak patah semangat terus berjuang mencari uang untuk dapatmakanberdua bersama ibunya. Setiap hari, ia harus keluar mencari buah kelapa tua yang sudah jatuh dan buah kelapa milik tetangganya kemudian di jual di pasar dan mendapat uang Rp 20 ribu.
“Saya kalau ada orang kasih jualan, saya jualan di pasar, kalau tidak ada, saya cari kelapa. Kalau musim panen, saya kumpulkan padi, sisa sisa gabah dari hasil panen orang. Yah, cukup atau tidak cukup, harus cukup,” kata Mbah Tuni, Selasa (19/5/2020). Mbah Tuni menambahkan, terkadang ia tidak punya uang sepersen pun bila dirinya tidak pergi ke pasar.
“Makannya ya apa saja, kalau ada garam pakai lombok (cabai red), ya itu saja. Kita jalani apa yang ada, kita syukuri,” ujarnya. Dahulu Mbah Tuni merupakan warga transmigan dari Jawa Timur yang ditempatkan di Kendari. Namun, tanahnya ia jual karena untuk berobat. Dia bersama keluarganya kemudian pindah di Kota Baubau di tahun 1994.
Mbah Tuni memiliki empat orang anak dari suaminya yang kini telah meninggal dunia. Mbah Tuni juga memiliki 10 orang cucu dan dua orang cicit. Dari keempat anaknya tersebut, tiga orang anaknya merantau dan bekerja di daerah lain tanpa mengirimkan uang. Sementara anak sulungnya berada di Kota Baubau, senasib dengan dirinya.
Di tengah pandemi corona, Mbah Tuni mengaku semakin kesulitan karena banyak warga yang tidak pergi ke pasar. Ia terkadang hanya mendapatkan Rp 15 ribu setiap hari. Uang tersebut ia belikan beras agar bisa makan bersama ibunya. “Saya bekerja untuk mama saya, jangan sampai dia kelaparan, itu saja,” ucap Mbah Tuni.
Mbah Tuni berharap dalam bulan Ramadhan ini, keadaannya bisa berubah dan pandemi corona selesai sehingga aktivitasnya bisa berjalan seperti semula. Sementara itu, Lurah Liabuku Niko Laus Uling mengatakan, Sarijem dan Tuni mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti program keluarga harapan (PKH)Lansia. “Dapat bantuan setiap bulan dapat bantuan seperti telur dan beras.
Baru baru bantuan fakirmiskin, dualansiaitu juga dapat bantuan, seperti beras 5 kilo dan uang Rp 100 ribu per orang,” kata Niko. Namun, ia tidak mengetahui apakah Mbah Sarijem dan Mbah Tuni dapat bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah. “Saya tidak tahu apakah keduanya dapat bantuan (BLT), karena itu dari Dinas Sosial langsung yang bagikan bukan dari kelurahan,” ujarnya.
Niko menambahkan, Pemerintah Kelurahan Liabuku selalu memperhatikan nasib para lansia yang hidup di bawah garis kemiskinan dengan memberikan bantuan seperti duafa dan fakir miskin setiap tahunnya. Tak tahan menyaksikan tetangganya kelaparan di tengah pembatasan sosial berskala besar (PSBB), seorang ibu rumah tangga (IRT) di KabupatenGowa, Sulawesi Selatan, mengembalikan bantuansembakodari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa, Jumat, (8/5/2020). Ibu rumah tangga tersebut adalah Irma Daeng Simba (36), warga Dusun Bontocinde, Desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Ia mendatangi kantor desanya pada pukul 13.00 Wita, Jumat (8/5/2020).
Ia datang dengan menjinjing paket sembako berupa beras, gula, minyak goreng, telur, serta mi instan yang beberapa jam lalu diterimanya. Paket sembako tersebut dikembalikan guna diberikan kepada warga lainnya yang lebih membutuhkan. "Saya kembalikan ini sembako sebab saya merasa tidak berhak dan masih banyak warga yang membutuhkan," kata Irma.
Di hadapan petugas, Irma mengaku tak tega menyaksikan tetangganya kelaparan karena putusnya mata pencarian seiring dengan berjalannya PSBB. Irma sebenarnya bukanlah warga yang berkecukupan, bahkan ia terdaftar sebagai pemegang kartu Program Keluarga Harapan (PKH) yang setiap bulannya menerima Bantuan Non Tunai Mandiri (BNTM). "Saya sendiri adalah penerima PKH dan setiap bulan menerima bantuan dari pemerintah dan itu sudah cukup buat kami," kata Irma.
Meski demikian, pada masa PSBB, Irma juga mengeluh sulitnya mencari nafkah. Suaminya, Samad Daeng Situru (38) yang sebelum PSBB berdagang buah mangga, kini harus menjadi penganggur akibat pandemiCovid 19. Meski demikian, Irma tetap bersyukur lantaran tetap bisa membantu suami mencari nafkah dengan berjualan takjil menjelang buka puasa.
"Suami sudah tidak kerja karena tidak bisa keluar rumah. Untung masuk bulan puasa, jadi saya jualan takjil di depan rumah," kata ibu dua anak ini. Pihak pemerintah setempat berterima kasih kepada Irma atas kejujurannya dalam hal penerimaan bantuan sosial. Pasalnya, Pemkab Gowa memberlakukan kebijakan bahwa bagi warga masyarakat penerima Bansos berupa PKH ataupun pemegang Kartu Keluarga Sehat (KKS) tidak berhak lagi menerima bantuanSembakoCovid 19.
"Kami akui ada kesalahan data dalam penyaluran bantuan sembako Pemkab,"kata Sachrial, Pelaksana Tugas Harian (PLTH) Kepala Desa Bontoramba. "Dan kami sangat berterima kasih atas kesadaran salah satu warga kami dan memang aturan yang berlaku demikian bahwa penerima PKH maupun KKS sudah tidak berhak menerima paket sembako dari Pemkab," lanjutnya. Dari data yang dirilis Dinas Informasi dan Komunikasi (Infokom) Kabupaten Gowa hingga Sabtu (9/5/2020), jumlah warga yang positif terjangkit virus corona mengalami peningkatan meski dalam status PSBB.
"Yang positif bertambah menjadi 50 orang dan 205 PDP dan yang ODP sebanyak 415," kata Arifuddin Saeni, Kadis Infokom Kabupaten Gowa, melalui pesan singkat pada Sabtu (9/5/2020).