Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Yudi Suharsono, M.Si, memberikan tanggapannya perihal viralnya kumpulan curhatan anak anak soal sikap orang tua mereka, ada yang mengaku tak suka dikatain dan dipukul. Terlepas dari benar atau hanya rekayasa saja, menurut Yudi anak curhat menggunakan media tulisan bisa dimungkinkan terjadi dalam kehidupan nyata. Bahkan, Yudi mengatakan curhatan anak tersebut mewakili anak anak lainnya di luar sana.
Yudi melanjutkan, pada dasarnya anak tidak suka mendapatkan perlakukan kasar, baik secara fisik maupun verbal. Sedangkan dorongan untuk menuliskan curhatan di media kertas bisa dipicu dari ketakutan anak kepada orang tuanya sendiri. "Dia tidak berani menyampaikan curhatan itu ke orang tua. Karena ia menganggap dirinya selalu kalah, sedangkan orang tuanya selalu menang,"imbuhnya.
Yudi menilai terdapat sejumlah faktor pendorong orang tua melakukan kekerasan fisik atau verbal kepada anaknya. Ia mengatakan faktor utamanya adalah minimnya pemahaman orang tua terhadap pengetahuan soal pola pengasuhan anak. "Persoalannya jika ditarik mundur ya panjang. Sebelum menikah tidak cukup bekal pembelajaran misalnya."
"Termasuk orang tua tidak memahami psikologis perkembangan anaknya," ujarnya. Faktor lain juga bisa datang dari pengalaman terdahulu orang tua ketika masih menjadi seorang anak. "Meng copy apa yang dilakukan orang tuanya dulu, padahal kan bisa jadi persoalannya berbeda," kata Yudi.
Namun, Yudi juga tidak menutup mata kekerasan fisik dan verbal tidak selalu berasal dari niatan buruk. Bisa jadi ketika orang tua melakukan kekerasan didasari ingin memberikan hal terbaik kepada anak. Sehingga anak bisa menjadi apa yang diharapkan oleh orang tuanya.
"Bisa jadi tujuannya baik, tapi caranya itu yang tidak benar. Ya yang benar itu tujuannya baik sekaligus caranya," lanjutnya. Pertama, Yudi menyarankan agar orang tua memperbaiki posisinya hubunganya dengan anak. Bukan sebagai pendidik, tapi sebagai pengasuh.
Ia mengatakan, pengasuhan memiliki konsekuensi lebih dibandingkan hanya memberikan pendidikan. Kedua, orang tua harus bisa hadir dalam diri anak dan menjadi rujukan utama. "Ketika anak mengalami kesulitan, orang tua harus hadir, karena anak butuh bantuan," timpalnya.
Yudi juga meminta ketika terjadi kesalahan yang dilakukan anak, orang tua tidak mengedepankan emosi. Ia memisalkan, ketika anak jatuh dan terluka, maka hal yang pertama kali yang dilakukan orang tua mengobati lukanya. "Bukan melempar kemarahan," beber Yudi.
Terakhir, Yudi meminta orang tua bisa memanusiakan anak. Sehingga di masa depan, anak bisa memanusiakan orang lain. "Biar anak merasa dihargai keberadaaannya juga," tandasnya.
@6tigakali dalam cuitannya menyematkan berbagai curhatan anak itu di sejumlah lembar kertas menggunakan warna berbeda beda. Dalam curhatannya, anak anak mencoba menyampaikan keluh kesahnya tentang perlakukan orang tua mereka. Kebanyakan dari merekamengatakan tidak suka ketika mendapatkan kekerasan fisik maupun verbal.
Saya tidak suka ayah ngomong membuat hati saya sakit. Mengatai g*b**ok, a**j**g, dan aku tidak suka dipukul ." Saya tidak suka dikatain lagi dan dipukul ," tulis anak ini. Selain berbagai macam curhatan, @6tigakali juga menuliskan keterangan:
Hey, be a good parents, please ." tulis@6tigakali. @6tigakali juga menyampaikan pesan kepada para calon orang tua. "Dan teruntuk kalian yg pernah ngalamin, so sorry for what happened to yall. I love you, single one of you."
"Dan kalian yg akan menjadi orang tua, be kind to ur child, educate them well, love them with all of your heart. Jika sekiranya ga bisa ngucapin hal2 baik, diam dan senyum aja atau pergi. It'll be better i guess. Love," tulis@6tigakali. Hingga Sabtu (02/05/2020), cuitan di atas sudah telah di retweets sebanyak 24,5 ribu kali dan disukai oleh 44,2 akun Twitter lainnya.