Presiden AS, Donald Trump berencana mengadakan kampanye di New Hampshire pada Sabtu (11/7/2020) mendatang. Trump mantap dengan keputusannya ini meski tren kasus Covid 19 di AS masih tinggi. Kampanye rencananya akan berlangsung di Bandara Internasional Portsmouth pada pukul 20.00 waktu AS.
Dikabarkan semua peserta kampanye akan difasilitasi hand sanitizer dan masker, meski tidak diwajibkan dipakai hanya dianjurkan. Acara tersebut akan diadakan di hanggar pesawat di Bandara Internasional Portsmouth, kata sumber kampanye kepada . Sebagian pendukung akan ditempatkan di dalam hanggar dan lainnya akan menyaksikan Trump di luar ruangan.
New Hampshire adalah salah satu dari sedikit negara yang melaporkan penurunan kasus virus corona. Kasus kasus corona meningkat di 34 negara bagian selama sepekan terakhir, dimana 12 negara mencatat peningkatan lebih dari 50 persen, menurut data dari Universitas Johns Hopkins. "Kami menantikan begitu banyak patriot pencinta kebebasan yang datang ke rapat umum dan merayakan Amerika, negara terbesar dalam sejarah dunia," kata sekretaris pers nasional Trump Hogan Gidley dalam sebuah pernyataan.
Rencana Trump mengundang kritik dari lawan politiknya, Partai Demokrat. "Trump terbang untuk sebuah demonstrasi politik yang hanya akan lebih menyoroti kekacauan yang disebabkannya," ujar Ketua Partai Demokrat New Hampshire, Ray Buckley pada Minggu (5/7/2020). Menurutnya tindakan Trump pada krisis Covid 19 sudah kacau dan menyebabkan ekonomi AS makin terpuruk lagi.
Buckley mengatakan, kampanye di New Hampshire berpotensi membuat masyarakat lokal terinfeksi corona. Sejatinya penularan virus ini juga terjadi di kampanye pertama Trump di Tulsa, Oklahoma pada Juni lalu. Sejumlah tim suksesnya positif corona termasuk agen rahasia Trump.
Pada akhirnya, hanya kurang dari 6.200 orang yang hadir, jauh dari espektasi Trump. Penasihat Tim Medis Gedung Putih, Dr. Jonathan Reiner menilai Trump memancing risiko infeksi dengan nekat berkampanye terbuka. Bahkan selama ini presiden AS itu juga tidak pernah mengenakan masker bila mengadiri acara acara besar.
"Hanya karena dia sering dites itu bukan jubah Superman. Dia bisa terkena virus," kata Reiner. "Semakin dia nekat, semakin tinggi kemungkinan dia akan terinfeksi," sambungnya. Dengan usianya saat ini, kemungkinan 20 persen Trump akan meninggal karena Covid 19 menurut Reiner.
Amerika Serikat masih bertengger di posisi pertama kasus infeksi corona terbanyak di dunia. Sebanyak 2.982.928 warganya terinfeksi wabah asal China ini. Adapun jumlah pasien sembuhnya sebanyak 1.289.564 dengan angka kematian 132.569.
Di bawah AS ada Brasil, India, dan Rusia. Beberapa negara Eropa yang sempat tinggi angka kasusnya, seperti Inggris, Spanyol, dan Italia sudah mengalami penurunan cukup drastis.