Rekam Jejak Persib Bandung di Bursa Transfer: Pernah Bertabur Bintang, Apa Langkah Musim Ini?

Sejak tiga musim terakhir, kebijakan transferPersibBandung selalu berbeda beda. Pada musim 2017, Maung Bandung membangun tim dengan bertabur bintang. Masih lekat dalam ingatan bagaimanaPersibBandung berhasil mendatangkan dua pemain kelas dunia kala itu, Michael Essien dan Carlton Cole.

Belum lagi deretan pemain lokal kala itu yang dibilang merupakan terbaik pada masanya. Rapahel Maitimo, Sergio Van Dijk, hingga mulai matangnya wonderkidPersibkala itu, Febri Hariyadi. Di bawah asuhan pelatih yang pernah membawaPersibjuara liga pada tahun 2014, Djajang Nurdjman, Atep dkk dilebeli sebagai 'golden era'.

Namun, banyaknya bintang yang bermain diPersibkala itu tak sebanding dengan prestasi. Bahkan dalam satu musim,Persibharus mengganti pelatihnya Djanur karena prestasi yang tak kunjung membaik. Cole dan Essien yang diharapkan menjadi inspirator kejayaanPersibnyatanya bermain ala kadarnya.

Bahkan Cole yang berposisi striker tak berhasil mencetak satu pon gol. Ia pun lebih banyak duduk di bangku cadangan dan hanya bermain sebanyak lima kali. Emral Abus yang masuk menggantikan Djanur di pertengahan kompetisi nyatanya tak mampu mengangkat prestasiPersib.

Maung Bandung harus menjadi pesakitan karena hanya mampu duduk di peringkat 13 dengan 41 poin. Sadar akan buruknya prestasiPersibdi musim 2017, kebijakan transfer pun diubah oleh manajemen. Memasuki musim 2018,Persibmendatangkan Mario Gomez sebagai juru taktik.

Di bawah arahannya, transferPersibtidak terlalu istimewa bahkan cenderung mencari pemain yang bukan bintang. Nama nama seperti Ardi Idrus, Ghozali Siregar, dan Moch Al Amin Syukur Fisabillah adalah nama nama yang sebelumnya tak banyak dikenal publik sepak bola Bandung. Namun berkat tangan diri Gomez, pemain pemain yang sebelumnya dianggap sebelah mata menjelma sebagai bintang.

Ditambah perekrutan pemain berpengalaman semisal Oh In Kyun dan Victor Igbonefo,Persibsempat merasakan juara paruh musim. Moncernya dua bomber asing, Jonatahan Bauman dan Ezechiel N Douassel, membuatPersibbegitu ditakuti lawan lawannya. Tetapi sejak terusir dari Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) akibat kejadian tewasnya suporter Persija Jakarta, Haringga Sirila, prestasiPersibmenukik tajam.

Persibakhirnya harus puas duduk di peringkat empat dengan raihan poin 52. Memasuki musim 2019,Persibkembali mengubah kebijakan transfernya dengan lebih banyak mendatangkan putra daerah. Abdul Aziz, Erwin Ramdani, dan Zalnando didatangkan manajemenPersibsebagai bagian dari kebijakan mendatangkan kembali putra daerah atau pemain binaan.

Di awal musim, Miljan Radovic dipercaya manajemen untuk meracik startegi dengan pemain yang cukup berkualitas. Namun Radovic yang dipercaya untuk membentuk tim nyatanya tak bertahan lama. Ia dipecat beberapa hari sebelum Liga 1 2019 bergulir. Mantan pelatih PSM Makassar, Robert Alberts, dipercaya untuk menangani tim yang sudah jadi.

Sempat terseok seok diawal musim, Robert sukses meramu tim yang notabene bukan merupakan pemain pilihannya. Dicoretnya trio pemain asing Artur Gevorkyan, Bojan Malisic, dan Rene Mihelic membuat permainanPersibmulai membaik. Kehadiran Omid Nazari, Kevin Van Kippersluis, dan Nick Kuipers membuatPersibmengakhir kompetisi di posisi keenam dengan 51 poin.

Menarik ditunggu pola apalagi yang akan digunakan manajemen dan pelatih dalam kebijakan transfernya musim ini. Apakah memilih mengumpulkan pemain bintang, menggunakan pemain yang tidak terkenal, atau berani memaksimalkan pemain binaan sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *